Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK

SALINAN

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah dalam hal ini
Menteri  Pendidikan  Nasional,  telah  menerbitkan  berbagai  peraturan  agar
penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI)  paling  tidak dapat  memenuhi standar  minimal  tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar    sarana    dan    prasarana,    (6)    standar    pengelolaan,    (7)    standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

Dalam  PP  nomor  19  tahun  2005  Pasal  20,  diisyaratkan  bahwa  pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  (Permendiknas)  nomor  41 tahun  2007  tentang  Standar  Proses,  yang  antara  lain  mengatur  tentang perencanaan  proses  pembelajaran yang  mensyaratkan  bagi  pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).  Salah  satu  elemen   dalam  RPP  adalah  sumber  belajar.  Dengan demikian, pendidik diharapkan  untuk  mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Apabila bahan ajar  yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada atau sulit diperoleh maka  membuat  bahan  ajar  sendiri  adalah  suatu  keputusan  yang  bijak. Kalaupun  bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan ajar tersebut.

Bahan  ajar  merupakan  salah  satu  lingkup  penting  yang  menjadi  garapan dalam  PSB-SMA yang berfungsi sebagai wahana belajar. Bahan ajar adalah segala  bentuk    bahan  yang  digunakan  untuk  membantu  pendidik  dalam melaksanakan kegiatan  pembelajaran. Sebagai bagian dari sumber belajar, bahan ajar memiliki peran  penting dalam perencanaan pembelajaran dan proses pembelajaran.

Bahan ajar yang dikembangkan sendiri harus disesuaikan dengan karakteristik sasaran   yang  mencakup  lingkungan  sosial,  budaya,  geografis,  tahapan perkembangan   peserta  didik,  kemampuan  awal,  minat,  latar  belakang keluarga dan lain-lain. Oleh karena itu pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab  atau  memecahkan  masalah  ataupun  kesulitan  dalam  belajar. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dan sebagainya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 bahwa kebutuhan akan penguasaan dan penerapan IPTEK dalam rangka menghadapi tuntutan global berdampak pada semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan  termasuk  dalam  bidang  pendidikan,  meningkatnya  kebutuhan untuk  berbagi informasi dan pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, serta perkembangan internet yang menghilangkan batas wilayah dan waktu untuk melakukan   komunikasi   dan  akses  terhadap  informasi.  Kondisi  di  atas menuntut diberlakukannya kebijakan di bidang TIK.

Pembelajaran berbasis TIK diharapkan mampu membantu peserta didik menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar,  foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Peserta didik saat ini telah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hampir dalam setiap kegiatan mereka sehari-hari. Namun, hal ini tidak mereka dapatkan di sekolah  karena  belum  banyak  pendidik  yang  memanfaatkan  bahan  ajar berbasis TIK.

Tidak ada hal yang baru tentang penggunaan TIK dalam pembelajaran, tetapi terdapat banyak sekali keragaman dalam penggunaannya. Beberapa pendidik ada   yang  sudah  menggunakan  TIK  dalam  proses  pembelajaran  selama bertahun-tahun        dan    terampil    dalam    menggunakannya,    cekatan    dalam memperoleh teknologi baru, mengadopsi dan menerapkannya dalam setiap pelajaran.  Namun,  sebagian  pendidik  masih  kurang  percaya  diri  dalam menggunakan    perangkat    komputer,    kesulitan    menerapkannya     dalam pembelajaran,  dan  kurangnya  pengetahuan  akan  kemampuan  yang  dapat dilakukan oleh TIK, baik itu dalam hal perencanaan, pembelajaran, maupun penilaian.

Penggunaan TIK bukanlah apa yang kita gunakan tetapi yang penting adalah bagaimana dan kapan kita menggunakannya. Penggunaan TIK secara efektif di dalam kelas bukan hanya tentang menjalankan sebuah teknologi. Tetapi, bagaimana kita menyampaikan materi tersebut menggunakan TIK dan kapan waktu yang tepat untuk menyampaikannya.

Permendiknas nomor 25 tahun 2006  tentang  Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan        Ditjen     Mandikdasmen    bahwa    rincian        tugas    Subdirektorat Pembelajaran – Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan    bahan    penyusunan    pedoman     dan        prosedur        pelaksanaan pembelajaran,    termasuk    penyusunan    pedoman    pelaksanaan      kurikulum) dipandang  perlu  menyusun  panduan  bagi  pendidik  SMA  sehingga  dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan bahan ajar.

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Direktorat Pembinaan SMA melalui Pusat  Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) berupaya memberi layanan bimbingan dengan menyusun Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis TIK.

B.    Tujuan
Panduan pengembangan bahan ajar berbasis TIK dibuat dengan tujuan:
1.    memandu para pendidik dalam menyusun dan mengembangkan bahan
ajar  yang  efektif  pada  kegiatan  pembelajaran  di  satuan  pendidikan masing-masing;

2.    memandu para pendidik dan Penanggung Jawab Mata Pelajaran sebagai bagian  dari pengelola PSB dalam menilai tingkat kelayakan bahan ajar berdasarkan   instrumen  yang  dikembangkan  oleh  PSB-SMA  Direktorat Pembinaan SMA.

C.    Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari Panduan Pengembangan Bahan Ajar berbasis TIK
adalah:
1.    pendidik dapat menyusun dan mengembangkan bahan ajar yang efektif;
2.    Pendidik dan Penanggung Jawab Mata Pelajaran sebagai bagian dari pengelola PSB mampu menilai bahan ajar yang telah dibuat.

BAB II

PENGERTIAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK

A.    Sumber Belajar dan Bahan Ajar
Merujuk pada esensi dari KTSP serta anjuran para pakar pendidikan,  dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya pendidik menggunakan lebih dari satu media  secara  lengkap  (multimedia),  sesuai  dengan  keperluan  dan  yang menyentuh semua aspek. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran pada satuan pendidikan  yang harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,  menantang,  memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta  memberikan  ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian  sesuai  dengan  bakat,  minat,  dan  perkembangan  fisik  serta psikologis peserta didik. (PP No. 19 Tahun 2005). Oleh karena itu  penggunaan Bahan Ajar Berbasis TIK sebagai  bahan ajar multimedia menjadi salah satu pilihan yang baik untuk pelaksanaan pembelajaran.

Flemming    dan    Levie    (Wilkinson    1980)    memberikan    petunjuk    tentang penggunaan  multimedia  dalam  pembelajaran  seperti  berikut:  ”Apabila pembelajaran  dilaksanakan  dengan  hanya  menggunakan  satu  media  maka rangsangan        yang    diperlukan    untuk    belajar    sangat        terbatas.        Suatu pembelajaran  seharusnya  menggunakan  multimedia  agar  rangsangan  yang diperlukan untuk belajar menjadi lengkap karena telah meliputi rangsangan yang disebabkan oleh penggabungan audio dan visual.”

Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan bahan ajar. Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar dan bahan ajar.

1.    Pengertian Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar.

Sumber  belajar  dalam  website  based  didefinisikan  sebagai  berikut: Learning resources are defined as information, represented and stored in a  variety of media and formats, that assists student learning as defined by provincial or local curricula. This includes but is not limited to,  materials  in   print,  video,  and  software  formats,  as  well  as combinations  of  these   formats  intended  for  use  by  teachers  and students.    (http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/asleares.htm January 28, 1999).

Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu peserta didik dalam belajar  sebagai perwujudan dari kurikulum.    Bentuknya tidak terbatas apakah  dalam  bentuk  cetakan,  video,  format  perangkat  lunak  atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh peserta didik ataupun pendidik. Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau  lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat  digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
2.    Pengertian Bahan Ajar
Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa  bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau    mengajar    dan    material    atau        bahan.    Menurut    University        of Wollongong  NSW  2522,  AUSTRALIA    pada  website-nya,  WebPage  last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining    an    effective    environment        for      learning.Melaksanakan pembelajaran    diartikan        sebagai            proses        menciptakan    dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif. Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu:

Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan    seperangkat    materi/substansi    pembelajaran    (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi     yang    akan    dikuasai    peserta        didik    dalam        kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari  suatu  kompetensi  atau  KD  secara  runtut  dan  sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa  bahan ajar berfungsi sebagai:
a.    pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam    proses    pembelajaran,    sekaligus    merupakan    substansi
kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik;
b.    pedoman    bagi    peserta    didik    yang    akan     mengarahkan    semua aktivitasnya    dalam    proses    pembelajaran,    sekaligus    merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya;
c.    Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Sedangkan    manfaat  dari  bahan  ajar  yang  dikembang  oleh  pendidik adalah:
a.    diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
b.    tidak lagi tergantung kepada buku teks pelajaran yang terkadang sulit diperoleh.
c.    menjadi  lebih  kaya  karena  dikembangkan  menggunakan  berbagai
referensi.
d.    menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman pendidik dalam menulis.
e.    mampu  membangun  komunikasi  pembelajaran  yang  efektif  antar pendidik

B.    Bahan Ajar Berbasis TIK
Bahan Ajar Berbasis TIK adalah bahan ajar yang disusun dan dikembangkan dengan  menggunakan    alat  bantu  TIK  untuk  mengolah  data,  termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.

Dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan bahan ajar TIK memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi dasar (KD) secara runtut, sistematis,  interaktif dan  inovatif sehingga  diharapkan  semua  kompetensi tercapai secara utuh dan terpadu.

1.    Karakteristik Bahan Ajar Berbasis TIK
Peran  penting  Bahan  Ajar  berbasis  TIK  dalam  proses  pembelajaran didasari oleh karakteristik Bahan Ajar yang lebih kompleks dibanding jenis  bahan ajar lain.    Beberapa karakteristik Bahan Ajar berbasis TIK antara lain :
a.    memanfaatkan    keunggulan    komputer    (digital    media    ataupun
teknologi jaringan / computer network).
b.    memanfaatkan    teknologi    multimedia,    sehingga    suasana pembelajaran  menjadi  menarik,  tidak  membosankan  dan  pada akhirnya memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri
c.    memanfaatkan teknologi elektronik; di mana pendidik dan peserta
didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau pendidik dan sesama  pendidik dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
d.    menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan  di  komputer  sehingga  dapat  diakses  oleh  pendidik  dan peserta didik kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
e.    memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif  dapat dilihat setiap saat di komputer.

2.    Keunggulan Bahan Ajar Berbasis TIK
Bahan Ajar berbasis TIK memiliki keunggulan antara lain sebagai berikut:
a.    memberikan kemudahan bagi pendidik dalam proses pembelajaran
untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak.
b.    berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif   serta  mempunyai  ketertarikan  pada  materi  yang  sedang dibahas.
c.    peserta  didik  dapat  belajar  atau  menelaah  bahan  ajar  sewaktu-
waktu karena bahan ajar dapat tersimpan di komputer.
d.    pendidik  dan  peserta  didik  dapat  menggunakan  bahan  ajar  atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui jaringan intranet atau internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
e.    tersedianya  fasilitas  e-moderating  di  mana  pendidik  dan  peserta didik  dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
f.    baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui fasilitas-fasilitas internet yang dapat dilakukan secara    kelompok/group.    (Elangoan,    1999;    Soekartawi,    2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997)

Di ruang kelas, pendidik dapat mengawasi proses pembelajaran peserta didik di mana waktu dan tempat sudah ditetapkan. Berbeda halnya di luar ruang kelas,  peserta didik dapat menggunakan bahan ajar berbasis TIK di mana mereka belajar pada waktu dan dengan kecepatan yang diinginkan. Dengan demikian, diperlukan bahan ajar yang interaktif agar peserta didik menjadi tertarik sehingga tidak meninggalkan pembelajaran.

BAB III

PENYUSUNAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK

Bahan ajar berbasis TIK memiliki karakteristik yang berbeda    dengan  bahan ajar biasa  seperti  buku,  modul  maupun  handout.  Karakteristik  umum  bahan  ajar berbasis   TIK  adalah  dalam  hal  penggunaan  TIK  untuk  penyusunan  maupun penggunaannya.

Sesuai dengan arah pengembangan bahan ajar berbasis TIK yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA melalui website PSB-SMA, maka penyusunan bahan ajar berbasis TIK harus memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, baik pada tahap perencanaan, persiapan, penyusunan, penilaian atau validasi dan pengiriman bahan ajar berbasis TIK.

A.    Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK bertujuan untuk menentukan    karakteristik    SK-KD    suatu    mata    pelajaran    apakah pembelajarannya dapat dikembangkan menggunakan bahan ajar berbasis TIK.

Seperti  halnya  pada  pemetaan  SK-KD  dalam  penyusunan  silabus,  maka pemetaan  SK-KD  dalam  penyusunan  bahan  ajar  juga  harus  memperhatikan tingkatan ranah berfikir dan karakteristik materi yang dikembangkankannya. Dengan analisis ini diharapkan diperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis bahan ajar yang dapat digunakan, strategi penggunaan bahan ajar serta alokasi waktu yang tepat

Pemetaan SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar yang digunakan untuk pembelajaran dapat menggunakan format sebagai berikut :

Kelas    SK    KD    THP    Indikator
Pencapaian    THP    Karakteristik
Materi    Kegiatan
Pembela jaran    Jenis
Bahan
Ajar    Alokasi
Waktu

Dari tabel format diatas dapat dilihat bahwa secara umum, pemetaan SK-KD penyusunan  bahan  ajar  memiliki  karakteristik  yang  sama  dengan  yang digunakan untuk penyusunan silabus, yang membedakan adalah bahwa dalam pemetaan  ini  harus  secara  tegas  diidentifikasikan  Karakteristik  Materi  dan Jenis Bahan ajar.

Identifikasi karakteristik materi penting dalam menentukan jenis bahan ajar yang  akan disusun maupun digunakan. Identifikasi karakteristik materi harus mengacu pada pada SK, KD maupun Indikator pencapaian.

Ada    tiga    kemungkinan    karakteristik    materi    yang    diperoleh    dari    hasil identifikasi, yaitu :
1. Kongkrit, materi yang secara nyata dapat dilihat dan dirasakan, seperti
batu, kayu, awan, dan sebagainya
2. Abstrak, materi yang tidak nyata maupun dapat dirasakan atau memerlukan alat bantu untuk membuktikannya, seperti  rumus kimia, bentuk sel, bentuk bakteri, aliran udara dan sebagainya
3. Simulatif,  yaitu  materi  memerlukan  permodelan  atau  aktifitas  yang dimodelkan, seperti terjadinya gerak melingkar, terjadinya aliran angin, terjadinya banjir, terjadinya gunung meletus dan sebagainya

Ada tiga variable yang digunakan untuk menentukan jenis bahan ajar dalam suatu  pembelajaran,  yaitu:  Karakteristik  materi  dan  Tahap  berfikir  pada Indikator  Pencapaian serta jenis kegiaan pembelajarannya. Pada umumnya, materi  yang  bersifat  abstrak  dan  simulatif  memerlukan  bahan  ajar  yang memudahkan  peserta  didik  untuk  memahami  karena  memerlukan  tingkat berfikir yang kompleks. Indikator pencapaian yang memerlukan tahap berfikir tinggi memerlukan  materi yang mudah dikenali dan terkadang memerlukan media untuk memudahkan dalam pencapaian materi ajar.

Pada umumnya materi abstrak atau simulatif, memerlukan tahap berfikir tinggi serta  kegiatan  pembelajaran  yang  bersifat  tatap  muka  akan  lebih  mudah dipahami  peserta didik apabila menggunakan bahan ajar berbasis TIK dalam kegiatan pembelajarannya.

B.    Tahap Persiapan
1. Penentuan Materi Ajar
Penetuan  materi  ajar  merupakan  kegiatan  pengumulan  dan  identifikasi materi ajar yang akan digunakan untuk menyusun bahan ajar berbasis TIK. Penentuan  materi harus mengacu dari hasil analisis SK, KD dan indikator pencapaian yang telah dibuat melalui pemetaan SK-KD.

2. Penentuan Jenis Software
Saat ini banyak sekali software yang dapat digunakan untuk menyusun bahan  ajar  berbasis  TIK  dari  yang  sederhana  sampai  yang  kompleks. Penentuan  jenis software sangat  tergantung  dari  kemampuan  penyusun dalam memanfatkan software yang ada.

Beberapa software yang dapat digunakan untuk penyusunan bahan ajar berbasis  TIK antara lain Microsoft Power Point, Macromedia Flash, dan Authorware.

3.  Penentuan Jenis bahan Ajar berbasis TIK
Pengembangan  bahan  ajar  berbasis  TIK  diperlukan  untuk  meningkatkan interaktivitas peserta didik dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian harus dirancang agar menarik peserta didik.

Peserta didik akan merasa tertarik untuk belajar dengan bahan ajar berbasis
TIK apabila:

a. terdapat tantangan
b. terlibat dalam mengambil sebuah keputusan
c. diperbolehkan untuk mengeksplorasi bahan ajar
d. mendapatkan informasi tambahan yang sesuai
e. diperbolehkan untuk berbuat kesalahan tanpa disertai sanksi f.  pembelajaran menyenangkan bagi mereka

Interaktivitas  bahan  ajar  sangat  tergantung  dengan  karakteristik  materi yang  akan diajarkan. Terdapat empat tingkatan interaktifitas yang dapat ditempuh.  Tidak  semua  materi  diharuskan  memiliki  interaktifitas  yang tinggi, bergantung dari materi yang akan disampaikan. Tahapan itu terbagi sebagai berikut1:

1)  Tingkat I: Pasif
Pada tingkatan ini, peserta didik hanya bertindak sebagai penerima informasi.  Peserta  didik  membaca  teks  atau  melihat  gambar  yang ditampilkan.  Interaksi  yang  terjadi  hanya  pada  saat  peserta  didik
menekan  tombol  navigasi  untuk  maju  ke  halaman  berikutnya  atau mundur ke halaman sebelumnya.

Tingkat I saat ini masih mendominasi bahan ajar yang telah dibuat oleh pendidik di seluruh Indonesia. Tingkat ini masih relevan apabila yang disampaikan adalah pengetahuan.

Pada tingkat I ini dapat diterapkan evaluasi pilihan ganda, rollover sederhana  (jika  mouse  melewati  suatu  area  tertentu,  maka  area tersebut berubah), animasi sederhana, pop-up (pada saat peserta didik mengklik satu tombol, akan keluar informasi tambahan).

2)  Tingkat II: Interaksi Terbatas
Pada tingkatan ini, peserta didik memberikan respon sederhana atas instruksi yang diberikan. Tambahan dari tingkat I adalah, pada tingkat ini terdapat pilihan ganda berdasarkan soal cerita, menjodohkan antara
teks  dan  gambar.  Simulasi  mungkin  ada  tetapi  peserta  didik  hanya mengikuti alur atau prosedur yang ditampilkan, peserta didik belum memasukkan respon terhadap apa yang dilihat. Dapat juga dimasukkan animasi interaktif yang memungkinkan peserta didik menyelidiki atau mengeksplorasi lebih jauh.

Tingkat    II    baik    digunakan    untuk    pembelajaran    yang    bersifat
pemahaman.

3) Tingkat III: Interaksi kompleks
Pada tingkat ini, peserta didik mulai memberikan respon yang bervariasi terhadap  petunjuk  yang  diberikan.  Selain  interaksi  yang  ada  pada tingkat sebelumnya, pada tingkat ini peserta didik mengisi sebuah kotak isian dan  memanipulasi gambar yang disajikan untuk menakar sampai sejauh    mana    pemahaman    peserta    didik    terhadap    materi    yang disampaikan.

1    Lange, M. eLearning: From Level I to Level IV of Interactivity: Why choosing the appropriate interactivity is important. Entelisys Technologies, 2006.

Pada tingkat ini, peserta didik dapat memasukkan variabel nyata yang diinginkan.  Variabel  yang  dimasukkan  akan  berpengaruh  terhadap simulasi yang terjadi pada layar.

Tingkat III baik digunakan untuk pembelajaran yang bersifat Aplikasi dan Analisa.

4) Tingkat IV: Interaksi langsung
Interaksi  langsung  menciptakan  sebuah  bahan  ajar  yang  bertindak seperti  layaknya yang akan terjadi pada dunia nyata. Peserta didik terlibat dalam  sebuah simulasi yang mirip dengan kehidupan nyata. Stimuli    dan    respon    dikoordinasikan    dengan    lingkungan    nyata. Pembelajaran   dan  penilaian  langsung  terjadi,  dan  bahan  ajar  ini memungkinkan   kolaborasi  dengan  peserta  didik  lain  atau  dengan pendidik.

Tingkat IV baik digunakan untuk pembelajaran yang bersifat Sintesa dan Evaluasi.

4. Penyusunan Storyboard
Storyboard  (cetak  biru  bahan  ajar)  sebagai  kerangka  acuan  dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK berupa urutan tampilan bahan ajar yang akan dikembangkan.

Penyusunan    storyboard        adalah    salah      satu        cara    alternatif    untuk mensketsakan        kalimat    penuh    sebagai    alat    perencanaan.    Storyboard menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada selembar kertas sehingga naskah dan visual terkoordinasi dengan baik.

Komponen  yang harus  ada  pada  storyboard meliputi    urutan  tampilan, Materi Tampilan, Diskripsi, Navigasi dan Tata letak/disain tampilan.

Berikut ini adalah contoh storyboard:

A.  Identitas Bahan Ajar

Storyboard
(Judul Bahan Ajar)

1. Standar Kompetensi  :
2. Kompetensi Dasar    :
3. Indikator Pencapaian :
4. Kelas/Semester    :
5. Model Bahan Ajar    : Tutorial/Simulasi/Presentasi

B.  Storyboard

No    Materi Tampilan    Deskripsi    Navigasi    Disain
tampilan
1    Judul Bahan Ajar dan
identitas Bahan ajar    Berisi mengenai  judul,  dan
identitas bahan ajar berguna untuk  memperkenalkan  to- pic materi yang akan diberi- kan dan peruntukan-nya    1.  Home untuk
keluar dari materi
2.  Next untuk ke slide selanjutnya
Judul

Identitas Bahan
Ajar

Identitas
Institusi
2    dst    dst    dst    dst

C.    Tahap Penyusunan
Kegiatan penyusun bahan ajar berbasis TIK tergantung dari karakteristik materi yang akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.

Penyusunan  bahan  ajar  harus  mengikuti  kaidah-kaidah  yang  baku  dalam penyusunan bahan ajar. Secara umum, bahan ajar harus memuat :

1.  Judul, kelas, semester dan identitas penyusun
Pada umumnya judul bahan ajar, kelas, semester dan identitas terletak pada    halaman    muka    (beranda).    Hal    ini    penting    diperhatikan    agar memudahkan pemakai dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar harus diinformaskan dalam bahan ajar yang disusun karena sebagai acuan bagi pemakai mengenai kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelah mempelajari materi yang terdapat pada bahan ajar tersebut.

3. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian menggambarkan hasil-hasil yang harus dicapai peserta didik  setelah mempelajari materi yang ada pada bahan ajar. Indikator pencapaian lebih menekankan pada aspek hasil belajar yang merupakan
tahapan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya

4. Materi Bahan Ajar
Materi bahan ajar berbasis TIK harus memperhatikan tingkat interaktivitas
bahan  ajar  yang  disusun.  Pengorganisaian  materi  bahan  ajar  harus mencerminkan aspek yang dilihat dari :
a.  Kompleksitas, materi harus dikembangkan dari yang sederhana menuju yang kompleks baik dalam pengembangan konsep maupun contoh-contoh
pendukungnya
b.  Urgenitas, materi inti harus dikembangkan lebih dulu dari pada materi pengembangan.
c.  Keruntutan, materi harus memberikan pemahaman yang runtut terhadap pemahaman konsep. Penyusunan materi yang tidak runtut menyulitkan

peserta  didik  dalam  memahami  hubungan  antar  konsep  dan  sulit memetakan dalam pikiran.

5. Latihan soal
Latihan soal atau pemberian contoh permasalahan merupakan hal penting yang ada pada bahan ajar berbasis TIK karena dapat untuk mengukur tingkat pemahaman   peserta  didik  terhadap  materi  yang  diberikan  pada  saat
pembelajaran.

Pemberian    contoh    soal    dan    permasalahan    juga    bermanfaat    untuk meningkatkan  pemahaman  terhadap  materi  yang  ada  pada  bahan  ajar melalui pembahasan bersama

6. Uji kompetensi
Bahan ajar yang baik harus menyertakan bahan uji kompetensi yang disusun berdasarkan  kisi-kisi  yang  disesuaikan  dengan  SK,  KD  dan  Indikator Pencapaiannya.

Soal Pada Uji Kompetensi umumnya disertai balikan (feedback) agar peserta didik  dapat mengetahui kompetensi mana yang telah tercapai dan mana yang belum tercapai

7. Referensi
Referensi  adalah  acuan  atau  sumber  materi  yang  digunakan  dalam penyusunan bahan ajar. Penyertaan referensi pada bahan ajar penting untuk menghindari    plagiasi    dan    dapat    dijadikan    sebagai    rujukan    apabila
memerlukan informasi lebih lanjut

D.    Tahap Penilaian
Tahap Penilaian Bahan ajar merupakan evaluasi terhadap bahan ajar yang telah disusun apakah sudah memenuhi syarat ataukah perlu penyempurnaan . merupakan dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK yaitu:

Bahan ajar berbasis TIK yang hendak dijadikan sebagai konten pada website PSB-SMA harus memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan instrumen yang telah dikembangkan.

E.    Tahap Pengiriman
Menyerahkan file bahan ajar berbasis TIK kepada Penanggung Jawab Pelaksana sekolah PSB-SMA.

Penanggung Jawab Pelaksana Sekolah PSB-SMA wajib mengirimkan bahan ajar berbasis TIK tersebut kepada Penanggung Jawab Mata Pelajaran PSB-SMA.

BAB IV

KOMPONEN DAN INSTRUMEN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS TIK

A.    Komponen Penilaian Bahan Ajar
1.  Komponen Instrumen penilaian bahan ajar mengacu pada empat bagian yaitu:

a.  Subtansi Materi    :    kebenaran,    kedalaman,    kekinian,    dan keterbacaan

a.1.    Kebenaran    :    bahan ajar yang disajikan tidak menyimpang dari kebenaran ilmu
a.2.    Kedalaman    :    bahan  ajar  yang  disajikan  sesuai  dengan kedalaman materi
a.3.    Kekinian    :    bahan  ajar  yang  disajikan  sesuai  dengan perkembangan ilmu
a.4.    Keterbacaan    :    bahan ajar yang disajikan menggunakan tata bahasa yang baku dan dapat dimengerti

b.  Desain Pembelajaran  :  judul, SK,  KD, indikator,  materi, contoh soal, latihan, penyusun, dan referensi

b.1.  Judul    :    sesuai dengan materi b.2.  SK    :    sesuai dengan SI
b.3.  KD    :    sesuai dengan SI

b.4.  Indikator    :    penanda    pencapaian    kompetensi    peserta didik atau peserta didik

b.5.  Materi    :    sesuai dengan SK – KD

b.6.  Contoh soal    :    sesuai dengan indikator pencapaian b.7.  Latihan    :    sesuai dengan indikator pencapaian b.8.  Penyusun    :    identitas penyusun
b.9.  Referensi    :    mencantumkan daftar rujukan

c.  Tampilan (komunikasi visual) : navigasi, tipografi, media, warna, animasi dan simulasi

c.1.    navigasi    :    kemudahan akses antar slide
c.2.    Tipografi    :    proporsional antara besar huruf dan ruang slide
c.3.    Media    :    gambar, suara, video sesuai dengan materi yang disajikan

c.4.    Warna    :    harmonisasi warna
c.5.    animasi    :    animasi sesuai dengan peruntukan
c.6.    Layout    :    desain tampilan bahan ajar

d.  Pemanfaatan Software : interaktif, software pendukung, keaslian

d.1.  Interaktif    :    Umpan balik dari sistem ke pengguna

d.2.  Software pendukung : penggunaan  software  pendukung  selain software utama pembuatan bahan ajar

d.3.  Keaslian    :    keaslian karya bahan ajar

2.  Skor merupakan angka dalam skala ordinal yang diberikan pada setiap indikator menunjukkan tingkat kondisi indikator. Skor diberikan dalam skala 1-4.

3.  Total skor maksimum adalah 70. Cara penghitungan nilai adalah dengan membagi skor yang didapat dengan skor maksimum dikalikan 100.

Contoh:  total  skor  untuk  bahan  ajar  Ekonomi  berjudul  Kelangkaan mendapatkan skor 50. Maka nilai yang diperoleh adalah (50/70) x 100 =
7,14

Kriteria nilai adalah sebagai berikut:

a.  < 51    : Kurang b.  51 – 70    : Cukup c.  71 – 90    : Baik
d.  91 – 100    : Sangat Baik

4.  Untuk  kriteria  nilai  kurang  dan  cukup  dikembalikan  kepada  penyusun untuk direvisi

5.  Untuk kategori penilaian baik dan sangat baik, langsung dikirimkan ke pihak  Penanggung  Jawab  Pelaksana  PSB  Inti  untuk  diteruskan  kepada Penanggung Jawab Mata Pelajaran.

Tentang ibnufajar75
Saya seorang Guru Matematika di SMA Negeri 1 Pagar Alam - Sumatera Selatan. Sebagai Media Informasi saya mempersilakan untuk copas artikel yang ada di blog ini dengan mencantumkan alamat https://ibnufajar75.wordpress.com

6 Responses to Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK

  1. ass pak ibnu….

    saya murid fisika bapak 2004

  2. ass pak ibnu….

    sya murid fisika bapak 2004 sma 1 pagaralam

  3. ass pak ibnu,,,
    saya murid fisika bapak 2004 sma 1

    mampir bentar pak….

Tinggalkan Balasan ke rahmansuwandi Batalkan balasan